“Sesungguhnya kita, para orang tua, mesti paham bahwa anak kita itu bukan semata anak kita, tapi ia adalah anak titipan Allah, Dzat yang menciptakan kita. Jadi, tugas dan kewajiban kita mendidik mereka harus sesuai dengan maunya Dzat yang menitipkannya, khususnya saat ananda nanti mencapai usia baligh saat mendapatkan taklif hukum, yakni tunduk, taat, dan patuh kepada Dzat Penciptanya, Allah SWT. Karenanya, tugas dan kewajiban kita itu adalah semaksimal mungkin mendidik ananda, menyiapkan kondisi agar saat baligh nanti bisa menjalankan ketaatan kepada Tuhannya secara mandiri dengan penuh kesadaran sendiri.”
Untaian kalimat di atas adalah salah satu hal yang selalu disampaikan oleh Ustadz Ir. H. Muhammad Ismail Yusanto, M.M. selaku ketua Yayasan Insantama Cendekia dalam setiap kegiatan Parentama (Parenting Insantama). Pesan yang disampaikan adalah pesan yang sangat mendalam. Tentu saja, karena Ustadz Ismail, sapaan akrabnya, juga merupakan seorang ayah dari dua orang putri dan dua orang putra.
Pesan Surgawi
Ketundukkan, ketaatan, dan kepatuhan kepada Allah SWT, itulah yang ingin dibentuk oleh setiap orang tua, termasuk juga oleh Ustadz Ismail. Tentunya semua dalam rangka menjalankan apa yang Allah pesankan dalam Al-Qur’an. Pesan untuk menjaga keluarga agar terhindar dari api neraka seperti yang termaktub dalam surah ke-66, at-Tahrim, ayat 5, yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka.”
Pesan untuk saling tolong-menolong dalam takwa dan kebaikan juga termaktub dalam surah ke-5, al-Maidah, ayat 2, dan masih banyak lagi pesan-pesan surgawi baik yang berasal dari firman Allah SWT. dalam Al-Qur’an maupun yang berasal dari baginda tercinta Nabi Muhammad SAW yang tertuang dalam kitab-kitab hadits.
Sebagai orang tua yang berpegang teguh kepada nilai-nilai tauhid, tentunya ingin menjalankan semaksimal mungkin apa yang Allah inginkan. Karena apa yang Allah inginkan hanyalah demi kebahagiaan dan keselamatan hidup hamba-Nya, baik di dunia maupun di akhirat nanti.
Tentu yang paling diinginkan orang tua adalah kebahagiaan anak-anaknya melebihi kebahagiaan dirinya sendiri. Karena itulah, setiap orang tua ingin mewariskan kebahagiaan yang ia rasakan, pemahaman dan ilmu yang ia pelajari, harta yang ia miliki, dan hal-hal lainnya yang akan menunjang kebahagiaan dan kesuksesan sang anak di dunia dan akhirat. Selain itu, hal yang sangat ditakuti oleh orang tua yang beriman adalah ketika nanti anaknya tidak lagi berada dalam kondisi keimanan yang kokoh dan kuat.
Berangkat dari hal-hal tersebut di atas, Ustadz Ismail dan beberapa sahabatnya yang mempunyai pemikiran, perasaan, dan juga mimpi yang sama tentang pendidikan dan masa depan anak-anaknya, menyatukan langkah bersama-sama, berazam membentuk sebuah lembaga pendidikan yang kemudian dikenal dengan nama Insantama.
Kebersamaan ini dimulai ketika tiga orang ayah yang ingin anak-anaknya bersekolah di tempat terbaik, datang kepada Ustadz Ismail. Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Tiga ayah yang sudah bertekad untuk mendirikan sekolah demi masa depan anak-anaknya, Allah pertemukan dengan Ustadz Ismail yang sudah lama menjadi konsultan manajemen pendidikan. Maka dimulailah langkah bersama menyemai impian, menebar cita-cita surgawi, untuk menyiapkan generasi terbaik, generasi ansharallah (penolong agama Allah).
Menyemai Jejak Impian
Membangun sebuah sekolah tentulah tidak mudah. Karena sekolah adalah sistem organisasi sosial keseluruhan yang terdiri atas interaksi pribadi yang terkait bersama dalam suatu hubungan organik (Wayne).
Sedangkan menurut Undang-Undang No. 2 tahun 1989, sekolah adalah satuan pendidikan yang berjenjang dan berkesinambungan untuk menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar. Sekolah juga memiliki fungsi penting dalam pembangunan bangsa dan negara serta sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam proses tersebut.
Ini berarti bahwa sekolah tidak hanya sebagai tempat belajar ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai tempat untuk membentuk karakter dan memperluas wawasan.
Dari definisi di atas, sangat tergambar betapa beratnya tugas yang akan diemban oleh orang-orang yang mempunyai keinginan mendirikan sekolah. Ditambah lagi jika sekolah yang akan dibangun adalah sekolah yang diharapkan memiliki banyak nilai plus dan menjadi sekolah yang unggul, tentu semakin berat.
Membangun sekolah berarti membangun sebuah tatanan gedung yang tidak kecil, karena pendidikan ini harus berkesinambungan. Belum lagi gedung tersebut harus dirancang sedemikian rupa agar menjadi gedung yang kokoh, yang memberikan kenyamanan pada setiap orang yang akan beraktivitas secara berkelanjutan di dalamnya.
Selain sarana dan prasarana, membangun sekolah berarti mencari dan menyiapkan sumber daya manusia (SDM) pelaksana yang unggul dan siap memahami visi misi yayasan serta siap menjalankan serta menerjemahkannya dalam bentuk kegiatan belajar mengajar yang tak putus.
Selain itu, membangun sekolah Islam terpadu berarti harus juga menyiapkan seperangkat kurikulum yang memuat materi pelajaran yang telah disiapkan negara dalam bentuk kurikulum nasional kemudian meramunya sedemikian rupa dengan nilai-nilai karakter dan kurikulum Islam, sehingga keterpaduan yang diinginkan bisa tercapai dan membuat kesempurnaan dalam mencapai target yang diinginkan.
Membangun sekolah berarti siap menerima peserta didik apa pun dan bagaimanapun keadaan dan latar belakangnya. Karena pendidikan berkualitas adalah hak setiap anak. Membangun sekolah berarti siap bekerja sama dengan seluruh orang tua siswa siapa pun mereka, bagaimanapun karakternya dengan tanpa melihat pangkat dan jabatannya.
Membangun sekolah berarti siap menjalin komunikasi dengan berbagai stakeholder dan pemangku-pemangku kebijakan yang bertanggung jawab terhadap pendidikan. Maka, tergambar jelas amanah sedemikian besar di depan mata. Amanah yang tentunya sangat tidak mudah untuk dijalankan.
Namun bagi Ustadz Ismail dan semua sahabatnya yang kemudian membentuk Yayasan Insantama Cendekia (YIC), sesulit apa pun sebuah amanah, tidak ada yang mustahil, dan tidak ada yang berat dengan berpegang teguh pada keyakinan akan pertolongan Allah SWT.
“Keyakinan hanya bisa dibuktikan ketika dijalani, yakin bahwa Allah sajalah sebaik-baik penolong.” Demikian salah satu prinsip yang dipegang Ustadz Ismail. Berangkat dari keyakinan inilah, jejak langkah membuat Sekolah Islam Terpadu (SIT) Insantama dimulai.
Diperlukan waktu selama empat bulan untuk menyusun konsep, sebelum Sekolah Dasar Isla Terpadu (SDIT) Insantama siap diperkenalkan (launching). Waktu empat bulan tentu bukan waktu yang panjang untuk bersiap meraih mimpi membangun sekolah impian untuk anak-anak para pendiri sekolah.
Sekolah ini juga tentunya akan dipersembahkan untuk anak-anak seluruh kaum Muslim, untuk para orang tua yang memiliki mimpi dan cita-cita yang sama. Sebuah mimpi yang besar dan tentu memerlukan perjalanan yang sangat panjang.
Namun, dengan berpegang pada, “Hasbunallah, wa ni’mal wakil, ni’mal maula wa ni’mannashiir (Cukuplah bagi kami Allah, sebaik-baiknya pelindung dan sebaik-baiknya penolong kami), perjalanan menyemai jejak mimpi surgawi, menyiapkan generasi terbaik yang diridhai Allah; generasi ansharullah, dimulai.
Pertolongan Allah selalu datang ketika seorang hamba betul-betul pasrah pada Allah saat menghadapi masalah. Tentunya saat mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang merupakan sebuah lembaga yang besar dan kompleks, akan muncul masalah yang harus dihadapi, bagaimanapun besar dan kompleksnya. Namun, dengan kembali pada kuatnya keyakinan pada pertolongan Allah, terbukti bahwa semuanya bisa diatasi.
Bukti Sebuah Keyakinan
Satu pesan surgawi yang cukup indah, termaktub dalam Al-Qur’an surah ke-3, Ali Imran, ayat 159, yang artinya, “Apabila kamu sudah bertekad, maka bertawakkal-lah pada Allah.”
Ini pula yang dilakukan Ustadz Ismail beserta beberapa sahabatnya yang kemudian mendirikan YIC sebagai lembaga penaung SDIT Insantama yang berpusat di Kota Bogor. Satu per satu pertolongan Allah datang.
Yang pertama tentu saja berupa dana. Tentu diperlukan biaya yang tidak sedikit untuk memulai melaksanakan penyelenggaraan pendidikan. Dengan cara yang sama sekali tidak terduga, Allah berikan modal untuk mulai merajut mimpi, mengantarkan anak-anak didik menjadi pribadi yang secara mandiri dan penuh kesadaran siap tunduk, patuh, dan taat kepada Allah SWT.
Langkah selanjutnya adalah menyiapkan gedung dan SDM unggul. Saat itu, belum ada SDIT di Bogor. SDIT Insantamalah yang menjadi SDIT pertama yang berada di wilayah kota hujan tersebut.
Setelah mengetahui rancangan konsep pendidikan, banyak yang menaruh harapan besar pada Insantama. Meskipun saat itu SDIT Insantama baru memulai langkahnya dengan mengontrak gedung yang sederhana, namun beberapa tokoh baik dari kalangan ulama maupun dari kalangangan pejabat pemerintahan agar Insantama menjadi sekolah yang bisa bersaing dengan sekolah-sekolah Kristen yang sudah terkenal berprestasi di Bogor.
Harapan ini tentu menjadi doa dan juga menjadi pemompa semangat bagi semua civitas academica Insantama yang saat itu masih relatif sedikit.
Bermula dari 19 siswa yang berasal dari warga Kota dan Kabupaten Bogor. Seorang kepala sekolah tanpa wakil, seorang pegawai TU, dua orang guru, dan ditunjang seorang sopir jemputan dengan mobil tua yang harus mengantarkan seluruh siswa di berbagai kecamatan, perjalanan Insantama yang kini sudah memiliki lebih dari 20 cabang di seluruh Indonesia dimulai.
Dari awal, sekolah ini memang sudah dirancang menjadi sekolah yang bermutu tinggi dan unggul di Indonesia. Keyakinan dan pertolongan Allah sajalah yang memudahkan semuanya berjalan meski banyak aral dan rintangan besar yang harus dilalui.
Keyakinan ini ternyata tidak hanya milik para pendiri sekolah dan SDM pelaksananya, tapi juga milik para orang tua. Ini tercermin dari apa yang dikatakan oleh orang tua yang langsung mendaftar menjadi siswa Insantama ketika Insantama baru launching, “Kami percaya kepada para penggagas Insantama, InsyaAllah Insantama bisa menjadi sekolah unggul dan berkembang seperti yang dipaparkan dalam brosur.”
Keyakinan orang tua tersebut dibuktikan dengan selalu setia menyekolahkan putra putrinya dari putra pertama yang masuk tahun 2001 hingga putri bungsunya yang lulus tahun 2024. Sungguh sebuah kesetiaan dan keyakinan yang luar biasa.
Walaupun selama perjalanan tidak selalu mulus, tidak selalu indah, namun komunikasi yang selalu dijalin dengan baik membuat semua proses berjalan dengan baik seperti yang diinginkan.
Akan Terus Berkembang
“Tak Henti berprestasi….” Itulah lantunan nada di akhir lagu Mars Insantama. Ini juga yang menjadi tekad seluruh civitas academica Insantama. Tekad yang dituangkan dalam bentuk terus mengasah kemampuan untuk menjadi pribadi berkarakter unggul yang akan membimbing semua siswa untuk meraih prestasi terbaik.
Mulai dari sekolah dasar yang membimbing siswanya menjadi pribadi bermental juara, kemudian pendidikan di jenjang SMP dan SMA yang membimbing setiap siswa untuk mengasah fitrah kepemimpinan yang telah Allah berikan.
Semuanya tertuang dalam bentuk penyelenggaraan pendidikan yang mengacu kepada kurikulum yang ditetapkan negara, kemudian dipadukan dengan nilai-nilai Islam yang sempurna.
Di samping itu, aneka program kesiswaan dirancang untuk membentuk pribadi siswa yang shalih dan siap menjadi pemimpin yang berprestasi. Prestasi yang akan menginspirasi semua orang untuk turut meraih hal yang sama.
Prestasi yang menjadi magnet bagi seluruh orang yang mempunyai perhatian lebih pada pendidikan untuk turut maju dan berkembang bersama. Dari semua prestasi inilah, diharapkan akan muncul pribadi-pribadi terbaik yang siap memimpin bangsa ini menuju peradaban yang lebih baik.
Sebagai sebuah institusi yang memiliki fungsi penting dalam pembangunan bangsa dan negara, Sekolah Insantama insyaAllah yang akan terus berkembang menjadi sekolah yang semakin baik.
Tentunya, hal ini membuktikan bahwa Insantama turut memberikan sumbangsih besar bagi bangsa dan negara Indonesia. Insantama juga senantiasa akan berkembang dan terus berkembang untuk berupaya memberikan layanan pendidikan terbaiknya bagi para siswanya. Tentu, dengan berbagai desain kegiatan pendidikannya yang diarahkan untuk betul-betul membuat para siswanya siap bersaing dan menatap masa depan yang lebih baik, sebagaimana slogan yang sudah disiapkan dari awal oleh YIC: Better Education for Better Life (Pendidikan yang Lebih Baik untuk Kehidupan yang Lebih Baik).